Cerita Peternak Telur Rugi 2 Tahun Gegara Pakan Mahal, Nombok Rp 5 M - yuukimods

Breaking

Jumat, 02 Juni 2023

Cerita Peternak Telur Rugi 2 Tahun Gegara Pakan Mahal, Nombok Rp 5 M

Harga telur ayam negeri masih terpantau tinggi di Jakarta. Hari ini, harga telur meraih Rp 30.500 per kilogram.
Foto: Andhika Prasetia/detikcom

Jakarta -

Harga telur ayam di sekarang ini sudah mengalami peningkatan hingga lebih dari Rp 30.000 per kilogram (kg). Pemerintah menyebut, peningkatan itu dinilai masuk akal alasannya merupakan harga keperluan pakan ayam sudah meningkat.

Kenaikan cukup menghasilkan penduduk terkejut, alasannya merupakan sebelumnya, harga telur ayam sempat di angka Rp 23.000 per kg di tahun lalu. Tetapi ternyata di saat itu harga pakan ayam sudah naik dan imbasnya peternak merugi.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Rofi Yasifun. Ia menyampaikan selama dua tahun kemarin, tepatnya di saat pandemi COVID-19, peternak sudah mengalami kerugian alasannya merupakan mesti menombok keperluan pakan yang sudah tinggi.

Di di saat serempak seruan memang tengah menurun alasannya merupakan perekonomian penduduk juga anjlok gegara pandemi. Jadi, demi berlangsungnya bisnis dan keperluan masyarakat, mereka mesti nombok Rp 5 miliar hingga Rp 10 miliar.

"Dari curhatan teman-teman dari populasi 100.000 ini mereka kehilangan atau menghabiskan aset ini lebih dari Rp 5 miliar hingga Rp 10 miliar dari 100.000 ayam. Itu menghabiskan tabungan, aset tanah, kemudian kalau ada armada dijual. Banyak kandangnya dijual, kalau gak djual ya karenanya dilelang perbankan karenanya sudah habis kandangnya," kata Rofi terhadap detikcom, ditulis Sabtu (3/6/2023).

Rofi menjelaskan, dua tahun akhir-akhir ini harga pakan meningkat alasannya merupakan imbas dari perang Rusia dan Ukraina. Hal itu terjadi alasannya merupakan sebagian besar keperluan pakan ayam masih impor menyerupai Soyabean Meal SBM dan Meat bone meal (MBM).

"Harga SBM Rp 6.500 hingga Rp 7.500 saja sudah mahal. Sampai hari ini sudah Rp 9.500 hingga Rp 11.000, naiknya sudah di atas 30%. MBM juga sudah tinggi sekali," ungkapnya.

Selain itu, harga jagung juga terus mengalami peningkatan, di mana jagung sendiri berkontribusi sebesar 40% hingga 55% pada pakan ayam. Saat harga pakan ayam naik, namun di saat pandemi daya beli turun. Peternak pun mau tidak mau tetap mesti memasarkan hasil telurnya, namun dengan harga yang murah.

"Makanya terjadi penghematan populasi hingga masing-masing orang kan mempunyai kekuatan finansial yang berbeda-beda sehingga ada yg habis ayamnya itu pun utangnya masih numpuk belum terbayar, ada yang tinggal 30% ada yang masih di atas 50% hingga 90% namun asetnya habis, tabungan, deposito, jual aset, untuk menutup itu," jelasnya.

Rofi menyampaikan kerugian tersebut berjalan selama 2 tahun, satu peternak mesti menombok Rp 40 juta per lima ton yang dijual ke pedagang. Makanya di saat pandemi harga telur sempat di level Rp 21.000 hingga Rp 23.000/kg.

"Ini pelanggan tidak terasa disubsidi oleh peternak, padahal waktu itu harga telur itu harusnya hingga Rp 28.000, agar harganya dapat menutup (peternak nombok)," ungkapnya.

Saat ini sehabis perekonomian pulih, peternak menganggap keadaan ini bisa menjadi di saat yang sempurna untuk memulihkan kembali peternakannya. Di di saat bersamaan, pelanggan terkejut alasannya merupakan harga telur ayam melambung k angka Rp 30.000 hingga Rp 32.000.

"Itu harga masuk akal sesuai dengan ongkos buatan (yang dikeluarkan oleh peternak). Saat ini keadaan peternak mulai replacement kembali, alasannya merupakan ada laba di atas 3% hingga 5%," tuturnya.

Meski sudah mulai melakukan pemulihan kembali, peternak yang sempat melarat tetap mesti menyanggupi keharusan utangnya. Kondisi ini, kata Rofi tidak hanya terjadi pada peternak kelas UMKM, namun juga kelas pebisnis besar.

"Nggak usah jauh-jauh belakang rumah aku sudah habis gulung tikar, satu RW aku puluhan yang macet di perbankan, siap di lelang puluhan, populasinya tinggal antar 10%-54% dan sebagian ini sudah habis,"tutupnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyebut, harga telur ayam di sekarang ini memang tidak bisa semurah sebelumnya Rp 23.000/kg. Kebutuhan untuk para peternak ayam petelur juga sudah mengalami kenaikan, utamanya harga pakan. Saat ini harga telur ayam sudah tembus Rp 29.000/kg secara nasional.

"Misalnya harganya (harga telur ayam) sama tahun kemudian Rp 23.000 lagi, BBM naik, pakan naik, pupuk jagung naik, nggak bisa. Ini bukan Indonesia saja, namun ini dunia juga," katanya terhadap detikcom, ditulis Jumat (2/6/2023).

Harga pakan sudah meningkat alasannya merupakan sekarang harga jagung naik menjadi lebih dari Rp 6.000 per kg, lebih tinggi dari umumnya Rp 5.000/kg. Jagung sendiri menjadi materi utama pakan ayam petelur sebesar 50% hingga 55%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar